Lilypie First Birthday tickers

Kamis, 24 Februari 2011

Memori Lontong Sayur

Saya baru saja makan disebuah warung mie ayam yang kata siempunya baru buka. (masih soft opening gitu deh).
Di warung mie ayam itu hanya ada satu pembeli yaitu saya. Setelah melihat2 daftar menu yang ditawarkan, saya memutuskan untuk memesan seporsi mie ayam bakso dan air mineral. Saya menunggu sambil menonton tayangan berita di televisi, tak berapa lama pesanan saya sudah disajikan.
Seperti ritual saya biasanya, tak pernah terlupa untuk menambahkan sambel dan saus. Saya tuang kuah kaldu ke mangkuk mie ayam dan saya cicipi dengan indera perasa. Slrruuup... Ahhh... Waaah, enak!!
Tanpa ba bi bu lagi saya santap lahap mie ayam itu sampai habis.
Selesainya... Saya baru menyadari bahwa sedari tadi saya tengah diperhatikan oleh siempunya warung (bukannya kepedean). Berdasarkan fakta yang sejak awal tidak saya gubris, sejak saya datang dan memesan mie ayam, siempunya warung cemas. Cemas apakah saya akan memesan mie ayamnya, cemas apakah saya akan memakan mie yang disajikan warung itu, cemas akan hasil akhir dari pelayanan yang diberikan, apakah saya akan puas atau tidak. Finaly, saya beranjak dari warung mie ayam itu dengan puas setelah membayar untuk harga seporsi mie ayam dan air mineral yang saya pesan itu.
 
Saya tengah memandangi pepohonan dan gedung kampus kali ini, sambil me replay memori saya tentang sesuatu. Tentang sebuah pengalaman saya mengenai berjualan.
Saya dan ibu pernah berjualan lontong sayur dirumah kontrakan. Saat itu saya sedang menganggur.
Hehe, saya pakai sisa uang yang ada untuk memodali usaha lontong sayur itu. Ibu saya senang sekali dan terlihat antusias.
Dengan bermodalkan semangat itu, kami memulai hari itu.
Pagi sejak bahan utama yaitu lontong dan sayurnya di display sampai satu jam kemudian kami baru menerima satu pembeli.
Untuk penglaris saat itu saya berikan porsi yang agak banyak.
Pembeli kedua datang, ketiga, keempat... Lalu sepi...
Maka hari itu hanya terjual 4 porsi saja.
Hari kedua kami memulai lagi, pembeli kami tetap sama dengan hari pertama, hari selanjutnya... Kami tak berharap besar, hanya berdo'a semoga ada pembeli, sampai seminggu kami berjualan, saya baru bisa balik modal (hmmm...).
Saya melihat raut wajah ibu yg terlihat sedih, bingung dan hopeless...
Saat itu kakak dan adik2 saya belum bekerja seperti sekarang ini jadi keluarga betul2 mengandalkan saya.
 
Suatu malam setelah hari2 lontong sayur itu saya shalat tahajud, saya khusus meminta agar dimudahkan dan diberikan kekuatan untuk hari2 berat yang mungkin akan kami hadapi selanjutnya.
Dua hari setelah malam tahajud itu, saya dapatkan panggilan interview (subhanallah, alhamdulillah...).
Ups... Renungan itu membuat air mata saya menetes saat ini.
Demi Allah, begitu banyak hal terlewati dengan keringat, peluh dan air mata, tapi sejauh ini Allah selalu memberikan jawaban tepat pada waktunya.
Saat ini, jika saya berada ditahap ini, di masa yang terbilang cukup leluasa karna kk dan adik2 saya sudah mandiri, itu semua memang sudah waktunya, itu semua jawaban dari pertanyaan2 saya selama ini. Jawaban dari salah satu penantian terbesar dalam hidup saya.
Allah berikan keleluasaan saya sekarang untuk mengejar satu lagi cita2 yang masih tergantung indah dilangit2 harapan saya.
 
Semoga Allah juga memberikan kemudahan2Nya lagi untuk saya, amiiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar